Ketika Harapan tak
lagi berpihak pada kita
Karya : Naomi Clara
Jalan terbentang luas kedepan,
tak ada halangan lagi, semua terbayang seakan sebuah penanaman keyakinan, tidak akan lagi di pertemukan dengan hambatan
yang berarti, semua akan baik-baik saja, semua akan berjalan semestinya, semua
akan berjalan normal seperti keadaannya.
Ternyata tidak demikian !!!
Pohon-pohon tumbang yang tertiup angin
berserakan, tumbang tak beraturan, yang kecil tidak terhitung jumlahnya, daun
dan ranting berserakan, tidak tertata
seperti sedia kala saat dia tersusun rapi pada pangkal pohon mungilnya,
bongkahan pohon besar menambah kekisruhan, ia bertumbangan,.. tak tahu kapan ia
tumbang, tergeletak di tengah jalan.
Kaki memilih jalan untuk dipijak,
setiap memilih pijakan selalu salah memilihnya, kadang ranting kering terpijak,
kadang daun yang terpijak, dia juga harus melompat dengan mengambil
ancang-ancang melewati pohon besar yang tergeletak di tengah jalan... dengan
bangga dia menghalangi, bingung..., berfikir terlalu lama akan kalah, cepat
mengambil keputusan apalagi, kemana.. kemana harus berpijak..
Hari semakin cepat berjalan,
sementara kaki tetap ditempat, masih dalam kebingungan memilih pijakan,
penguasa-penguasa hanya tertawa menyaksikan, kadang mereka mencibir tajam,
menunjukan muka ketidak pedulian... lelah kaki berkata, ... jenuh hati
terasa...
Keringat tak terhitung mengiringi
lelahnya, air mata menetes tak terasa, ungkapan hati, pikiran dan perasaan
setuju memunculkan nya..
kemana... kemana harapan...
kemana..kemana jalan halus indah pemandangan dahulu.. semua hilang dengan cepat
seperti memainkan kedipan mata, indah terlihat tertutup mata semua berubah,
saat mata di buka kembali, tandus, berantakan, carut-marut bagai menyusun pasir
dalam wadah saringan kelapa, sulit... sulit ... berat dan berat..
Perbekalan semakin menipis, lumbung padi hanya meninggalkan gantangnya...
kolam-kolam dan sumur bukan terisi air lagi, timba-timba berkarat tak
terpakai... sisa air sedikitpun tak ada.. semua kering, kerontang.. entah
sampai kapan.
Dahulu disini ramai para
pelancong, sekarang membayangkannya saja “MALAS”...
Nyanyian sudah tak terdengar
lagi, suara tangis pun tinggal engahannya... pilu.. pilu.. suara parau
kegelisahan dan tak tentu arah entah ditujukan kemana dan untuk siapa...????
Harapan sudah tidak lagi
berpihak... tinggal menunggu waktu, apa perubahannya....
0 komentar:
Post a Comment